Thank You Allah
Jejak Kuliah Inspiratif Bersama Prof. Dr. H. Moh Ali Aziz, M.Ag
(Fak. Dakwah dan Ilmu Komunikasi UINSA, 28 April 2015)
“If you always say think you, I will change your lifes.”
Siang yang penuh warna, saat itu jarum
jam menunjukkan pukul 12:30 saya on
the way ngampus dengan
menunggangi motor hitam kesayangan. Tidak sendiri di belakang saya ada teman
seperjuangan Hisyam dan Handika sedang berboncengan mesra. Langit masih
mendung, sang surya nampak remang-remang tersembunyi dibalik awan hitam.
Butir-butir air berukuran sekecil debu masih terus menghujani hero city membuat bajuku
setengah memal. Angin semilir menyapu mata saya dengan lemah lembut
membius mata saya menjadi ngantuk. Badan agak loyo karena malam sebelumnya saya
harus menahan kedua mata selama 8 jam untuk tidak ngantuk sedikitpun selama bekerja. Namun semua
itu bukan berarti menjadi alasan dan penghalang saya untuk menguras ilmu dari
seorang Profesor.
Sampai di gerbang kampus terlihat para
mahasiswa sedang mengantri panjang untuk menyetor STNK kepada satpam. Tak
kunjung surut comberan air di jalan samping Masjid Ulul Albab membuat pengguna jalan sedikit terganggu. Hingga sampailah saya di parkiran Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Segera kami bertiga melangkahkan kaki menuju Ruang D1211.
Terkejut,
itulah yang saya rasakan ketika melewati pintu ruangan kuliah khitobah 2 FDK
UINSA. Prof. Ali dosen selaku pengampu tiba-tiba menodong enam mahasiswa yang
telat termasuk saya. “Ayo rukuk baca tasbih 300 kali lalu sujud 300 kali”,
ujar Profesor yang berpenampilan rabi dengan baju kemeja bercorak putih berpadu
garis-garis kecil warna abu-abu.
Segera saya meletakkan tas di kursi barisan pertama di antara 4 baris kursi
yang ada.
Rukuk berjamaah pun terlaksana dengan
enam anggota. Saya coba lirik ke depan, terlihat teman-teman sedang asyik
menyaksikan kami dengan fokus. Di pertengahan rukuk dengan waktu durasi kira-kira mencapai
lima menit, kedua kaki saya terasa mulai bergetar. Semakin lama kian terasa
sakit khususnya di bagian lutut dan leher. Saya ingin ambrukkan diri tapi malu
dengan kawan-kawan saya yang masih kukuh dengan rukuknya.
Hakim, mahasiswa berasal dari Madura
yang berposisi rukuk di depan saya tiba-tiba memberi kode. Kode dengan hitungan
jemari tangannya mencuri perhatian saya untuk mengajak serentak melanjutkan
pada posisi sujud. Pada hitungan jari ketiga, enam korban telat pelajaran serentak
beriringan tertatih tatih melanjutkan ke posisi sujud.
Bibir tak berhenti berkomat kamit
membaca tasbih yang sudah mencapai ratusan. Dahi saya seperti tertancap
di muka lantai dengan butiran debu yang tersapu angin lemah lembut. Sakit
sekali, leher terasa ditumpangi beban berat seberat satu karung beras. Pelipis
mulai mencucurkan keringat. Kedua mata pun secara tidak sadar mengalirkan Air
mata. Telinga tak fokus lagi mendengarkan penjelaskan materi yang akurat dari sang Dosen. Perhatian pun sudah tidak lagi pada pelajaran karena konsen menahan rasa sakit
untuk tetap bertahan dalam posisi sujud.
Dengan durasi sekitar dua puluh menit,
rukuk dan sujud akhirnya sukses saya lampaui. Saya bergegas untuk memposisikan
diri dengan duduk di kursi barisan ke dua. Saya tatap raut wajah prof Ali yang
sedang asyik bercerita sambil tangannya yang kanan dimasukkan disaku celana
sisi samping. Bingung, gelisah, dengan kepala tolah toleh seperti orang bodoh.
Salah tingkah pun saya rasakan ketika Ingin menulis cerita yang dibawakan sang
dosen, namun sedikitpun saya tidak tau alur ceritanya. “Apayang harus saya
tulis di awal tulisan ini”, ungkapku
dalam hati.
Tanpa berfikir panjang. Kata “syukur”
tiba-tiba muncul dari cerita profesor yang berjenggot menawan itu. Seraya
beliau mengatakan“jadi kalau kamu pandai berterima kasih maka Allah akan
memberi balasan yang lebih besar kepadamu”.ini berarti sama halnya dengan “gratiduafe
atau change my life”. Tutur prof Ali sambil menunjuk dua ungkapan tersebut
yang sdah tercatat jelas di papan warna putih. Begitupun Allah akan berkata, “if you always say think you, I
will change your lifes.”
Tiba-tiba prof berkata “coba Hakim, kamu tulis Lain
sakartum laazidannakum walainkafartum inna adzabi laa syadid”. Dengan
segera Hakim mengambil spidol dan merapat tepat di wajah papan putih. Kira-kira
dua menit Hakim terlihat masih mikir-mikir, sedikit bingung dan serius
memandangi HPnya. “Sudahlah Kim ndak usah lihat HP tulis saja apa yg
menurutmu benar”. “Sebentar prof saya khawtir kalau nanti tulisan saya
salah”. Jawab Hakim kepada Prof. Masak seorang Hakim yang hafal
al-Qur’an nulis begituan saja
tidak bisa”, umapatku dalam
hati.
Tak lama Prof Ali mempersilahkan Hakim
duduk . Dan tahu tidak apa yang sudah ditulis Hakim di papan?, hanya dua huruf
yakni lam dan alif. Suara
gaduh pun spontan keluar dari seluruh mahasiswa. Karena terasa ada yang lucu, sosok
mahasiswa yang sudah semester 6 itu ternyata belum mampu menulis firman Allah
tentang syukur tersebut. “Hehehehe, iya Prof tadi saya terpengaruh
omongannya setan “Diana” yang bilang lam.. alif.. lam ..alif.”.Sahut hakim
dengan suara keras. Mendengar sahutan Hakim, Diana langsung tertawa
terpingkal-pingkal sambil menggigit bolpointnya.
“Sudah istirahat dulu yaaa..”Prof Ali mengomando mahasiswa bermaksud
memberhentikan seluruh mahasiswa yang sedang serius menulis. karena ada salah
seorang mahasiswa yang mengulurkan tangannya karena kepayahan menulis tak
terkecualikan Azka yang sedang “mencetuk-cetuk” atau menekuk-nekuk jemari
tangannya.
“Assalamualaikum”, salam dari mahasiswa bernama Riko yang
masih saja datang telat. “Ayo sujud sujud...” ujar beberapa mahasiswa
dengan maksud memberi hukuman kepada Gondol (nama julukan). “Rukuk, sujud 300 kali” tambah prof Ali.
Tak lama materi dimulai lagi setelah
sekian menit menunggu Diana dan Ulvian kembali dari Toilet. Materi dilanjutkan
dengan pertanyaan Prof Ali kepada seluruh mahasiswa. “Bacaan apa di dalam
sholat yang mengandung makna thank yous atau bersyukur kepada Allah?”. Satu
pun mahasiswa belum ada yang menjawab, yang ada malah suasana kelas menjadi
berisik. Tidak lama mahasiswa berkaca mata itu menjawab “bacaan fatihah Prof”,sahut
Syamsuri dengan nada suara yang begitu percaya diri. Mahasiswa terlihat senyum
setelah Prof Ali membenarkan jawaban dari syamsuri dan dilanjutkan dengan
penjelasanbeliau mengenai Surat Al-Fatihah.
Teman-teman diam sesaat ketika Prof
Ali melantunkan bacaan Ummul Qur’an itu dengan suara khas beliau. Terlihat jari
Prof Ali sedang menghitung satu persatu dari penggalan surat yang telah dibaca
seraya bertutur. “Sesuai keterangan, Sholat seseorang itu tidak syah kalau
membacanya kurang dari tujuh kalimat atau tujuh waqaf”. Dengan semangatnya
beliau menjelaskan secara berulang-ulang sambil melantunkan ayat pembuka itu.
Tak hujung berhenti, dosen bersepatu
hitam mengkilat itu tiba-tiba melontarkan pertanyaan kepada salah satu
mahasiswa bernama Ilham. Ilham coba kamu baca Fatihah, ada berapa jumlah
waqafnya. Ilham terlihat ragu-ragu saat menjawab, ia membaca fatihah dengan
suara lirih nyaris tidak terdengar.
Prof Ali melanjut menjelasannya,“Tahu
tidak salah satu moto kebanyakan orang Indonsia adalah pelit penghargaan” tegas beliau dengan ibu jarinya
dimasukkan dalam saku sebelah kanan. Mengenai pengalaman Prof Ali, beliau
menceritakan tentang kehidupannya dulu saat di lingkungan pesantren seketika beliau
mengungkapkan.,”Ingat jasa orang sekecil apapun dan lupakan kesalahan orang
sebesar apapun”.Beliau pun lanjut menjelaskan bahwa Prof Ali pernah
mempunyai pengalaman mengajar di SMA daerah Kupang yang dikelola oleh orang
Katolik. Lalu beliau berlanjut mengajar di SMA 18 PGRI. “Nah di SMA ini
terkenal sekali siswa siswinya yang nakal, seperti sudah biasa ada anak
perempuan ditemani anak laki-laki samapai berujung ke perbuatan
tunggang-tunggangan dan sejenisnya”.tambah beliau untuk memperjelas
ceritanya.
Beliau mengatakan bahwa tidak sedikit
guru yang bisa bertahan lama untuk mengajar di sini, mungkin hanya setahunan.
Beda dengan prof Ali beliau mampu mengajar hingga 7 tahun lamanya.
Yang lebih menarik lagi beliau
mengkisahkan tentang pemeriksaan Diknas mengenai sumber daya guru pengajar di
SMA PGRI. Prof Ali pun sempat ditegur kenapa lulusan IAIN Bisa mengajar bahasa
Inggris bahkan bisa bertahan sekian lamanya. “Karena
yang lulusan dari IKIP Itu kebanyakan tidak betah ngajar, mungkin hanya 3
bulanan sudah keluar.” Ungkapnya
kepada Diknas.
Prof Ali selain itu juga pernah
ditanya, kenapa kok bisa bertahan mengajar di sekolah yang muridnya nakal-nakal
begini?”Kalau dari IKIP kan jurusan Bahasa Inggris pak, pastinya gurunya
pinter-pinter pak, jadi muridnya tidak, mungkin karena cara mengajarnya yang
lebih mendalam atau muluk-muluk,” sahut
prof Ali kepada Diknas. “Sedangkan kalau dari IAIN kan Bahasa Inggrisnya ya
seperti ini pak, mungkin lebih cocok kepada anak-anak”, tambahnya dengan sangat mendramatisir
kejadian itu sambil sedikit senyum kepada mahasiswanya. “Senyum manusia
senyum Tuhan” kata inspiratif
beliau yang selalu diingatkan kepada seluruh mahasiswa.
“Ini loh kelemahan kamu, saya ngomong
dari tadi tapi belum ada satupun yang menulis. inilah kebiasaan kamu,” Ungkap prof Ali kepada mahasiswa dengan
sedikit canda dan memalingkan muka.
Yang tidak kalah mengesankan lagi saat
Prof Ali diangkat menjadi dosen, beliaupun berniat mengundurkan diri dari mengajar
sekolah di SMA tersebut. Sebagai bentuk terimakasih karena sudah mengharumkan
nama sekolah, beliau pun dikasih cincin dan diajak ke Tunjungan Plaza (TP) “mungkin
ia tidak tahu kalau cincin itu haram,”umpat Prof Ali dalam hati.
Kurang lebih jarum jam menunjukkan
waktu pukul 14:35. Pelajaran inspiratif hari selasa itu berakhir dengan foto
bergantian antara mahasiswa dengan Prof Ali. Saya menyesal sekali karena sudah
telat dan telah tertinggal mengenai cerita awal yang sudah disampaikan beliau
sebelumnya dan pada saat itu saya belum hadir di kelas. Tapi tidak apa apa.
Masih ada kesempatan. Semoga Allah senantiasa memberi kesehatan dan
perlindungan kepada Prof Ali, sehingga saya dapat menguras ilmu pengetahuan dan
pelajaran inspiratif yang beliau miliki. Aamiin aamiin aamiin yaa Rabbal
Aalamiin.........Barakallah.!!!
jadi kalau kamu pandai berterima kasih maka Allah akan memberi balasan yang lebih besar kepadamu
0 Response to "Thank You Allah"
Posting Komentar