Menumbuhkan Percaya Diri




 Berbicara di depan publick, MENGAPA HARUS TAKUT ???

            Banyak orang menderita rasa tidak percaya diri. Orang-orang semacam ini kita dapati dimana-mana bahkan jutaan jumlahnya, baik laki-laki maupun perempuan. Salah satunya saya sendiri, mahasiswa UIN Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam. Perasaan tidak percaya diri saya alami ketika mengikuti kuliah mata pelajaran teknik khitobah 1. Saat itu dosen kami seorang Profesor yang pernah menjadi Imam teraweh di Eropa, Afrika dan Asia menyuruh latihan praktik khutbah jum’at di depan kelas. Merupakan suatu hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya, tentu hal itu membawa derita tersendiri bagi saya. Perasaan cemas, tangan dan suara bergetar, mengulang kata, kalimat atau pesan, mungkin  itu yang saya rasakan. Lebih dari itu, ingatan atau pikiran saya tersumbat, yang membuat saya tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya, sehingga saya merasa tidak nyaman berdiri di depan. Lalu saya mempunyai keputusan, bahwa hal-hal seperti itu mudah terjadi karena tidak adanya latihan sungguh-sungguh, kurangnya persiapan ataupun bisa saja karena tidak percaya diri. Dari hal itulah, diri saya tergugah untuk bangkit dan berlatih menjadi orang yang percaya diri. Khusunya dalam hal berbicara di depan publick.
            Kalau berbicara tentang percaya diri, perlu diketahui terlebih dahulu. Tanpa rasa percaya pada diri sendiri, rasa takut akan mudah timbul. Mula-mula disebabkan oleh rasa gelisah yang tidak beralasan, selanjutnya berkembang menjadi kekhawatiran dan akhirnya menjadi takut yang sebenarnya. Dengan demikian, rasa tidak percaya diri akan mengacaukan semua pertimbangan  akal sehat seseorang dan menggantinya dengan ketakutan yang tidak beralasan. Yang pada gilirannya ketakutan yang tidak beralasan tadi, membuat hidup tak bahagia. Sungguh menyedihkan menyaksikan orang-orang lebih suka ambruk hidupnya karena penuh rasa ragu-ragu dan tidak percaya diri sendiri. Akibat rasa tidak percaya diri, yaitu sangat merugikan bagi perkembangan orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, harus segera ditangani. Di bawah ini sudsah ada penjelasan mengenai penyebab, gejala-gejala tidak percaya diri dan bagaimana cara menumbuhkannya. Semoga bermanfaat.

Penyebab Tidak Percaya Diri
Ada dua macam penyebab rasa tidak percaya diri, yaitu penyebab yang berasal dari dalam diri dan penyebab yang berasal dari luar diri orang lain yang bersangkutan.
1.    Penyebab yang Berasal dari Dalam Diri sendiri
            Sumber dari rasa tidak percaya diri  yang bersala dari diri sendiri, yaitu menganggap remeh diri sendiri dan keengganan mencoba.
Bertindak tanpa rasa percaya diri cukup berbahaya. Jika anda tidak percaya pada diri sendiri, anda tidak akan mampu berbuat apapun.  Meremehkan diri sendiri, antara lain ditampakkan pada perasaan rendah diri. Tidak percaya diri yang berasal dari dalam diri sendiri dapat dimunculkan karena merasakan bahwa dirinya tidak berguna, mempunyai cacat bawaan, status sosial, status perkawinan, kurang cerdas, dan semua kekurangan yang ada pada dirinya, baik yang benar-benar ada maupun yang dianggap ada.
        Rasa tidak percaya diri juga dapat muncul karena pengalaman hidupnya. Orang yang mengalami kegagalan pada umumnya akan dihantui perasaan kegagalan tersebut. Jika seseorang sering mengalami kegagalan serupa, orang tadi akan menjadi pesimis.
        Rasa pesimis akan menimbulkan rasa takut. Ketakutan ini membuat seseorang tidak mau berusaha lagi. Lebih lanjut orang ini mengalami rasa tidak percaya diri yang berat.
2.    Penyebab yang Berasal dari Luar Diri
        Penyebab yang berasal dari luar diri, antara lain berupa keadaan keluarga, perlakuan keluarga, dan perlakuan masyarakat. Keadaan keluarga, misalnya keluarga yang tidak harmonis dan berantakan. Perlakuan keluarga, misalnya, sebagai anak yang tidak diharapkan. Sementara itu, perlakuan masyarakat, misalnya perlakuan yang diberikan masyarakat pada eks narapidana, ekspramuria. Manusia hidup bermasyarakat selalu berinteraksi dengan orang lain, apabila orang lain memberikan respon negatiftentu saja orang yang bersangkutan akan merasa terkucilkan. Akhirnya orang yang tidak percaya diri karena perlakuan masyarakat akan mengucilkan diri. Perasaan terkucilkan yang di tahan lama akan meledak berupa tindakan kekerasan. Rasa tidak percaya diri yang berasal dari luar diri lebih sulit ditangani sebab membutuhkan kesadaran untuk mengubah anggapan masyarakat atau kesadaran untuk mengubah anggapan masyarakat atau keluarga sebagai sumber rasa tidak percaya diri tadi.

Gejala-gejala takut dan tidak percaya diri
            Natalie Rogers dalam buku “Berani Bicara di depan Publik: Cara Cepat Berpidato” menjelaskan  ada tiga gejala umum yang sering dilaporkan oleh mereka yang sulit bicara di depan publik.
Pertama, gejala fisik. Gejala ini bisa dirasakan jauh sebelum penampilan Anda, dan muncul dalam bentuk ketegangan perut atau sulit tidur. Ketika presentasi berlangsung, gejala fisik tersebut bisa berbeda untuk setiap orang, tetapi umumnya berupa:
1.    Detak jantung semakin cepat;
2.    Lutut bergetar, sulit berdiri dan berjalan menuju mimbar, atau sulit berdiri tenang di depan pendengar Anda;
3.    Suara yang bergetar, sering kali disertai mengejangnya otot tenggorokan atau terkumpulnya lendir di tenggorokan;
4.    Gelombang hawa panas, atau perasaan seperti akan pingsan;
5.    Kejang perut, kadang-kadang disertai perasaan mual;
6.    Hiperventalasi, yaitu kesulitan untuk bernapas;
7.    Mata berair atau hidung berlendir;
Kedua, gejala-gejala yang masuk dalam kategori kedua terkait dengan proses mental dan umumnya terjadi selama pembicara tampil, antara lain:
1.    Mengulang kata, kalimat, atau pesan sehingga terdengar seperti radio rusak;
2.    Hilang ingatan, termasuk ketidakmampuan pembicara untuk mengingat fakta atau angka secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting;
3.    Tersumbatnya pikiran, yang membuat pembicara tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.
Gejala fisik dan mental biasanya disertai atau diawali dengan sejumlah gejala emosional, di antaranya:
1.    Rasa takut yang bahkan bisa muncul sebelum Anda tampil;
2.    Rasa tidak mampu;
3.    Rasa kehilangan kendali;
4.    Rasa tidak berdaya, seperti seorang anak yang tidak mampu mengatasi masalah;
5.    Rasa malu atau dipermalukan, saat presentasi berakhir;
6.    Panik.
Ketiga, kelompok gejala diatas bisa saling berinteraksi. Rasa ngeri yang muncul saat Anda duduk dan menunggu giliran untuk bicara, bisa menyebabkan jantung Anda berdetak cepat tanpa kendali. Detak jantung yang berdetak tanpa kendali membuat Anda merasa lebih gugup, sehingga tenggorokan Anda mulai menegang. Gejala-gejala fisik tersebut kemudian mengganggu konsentrasi Anda, sehingga bicara Anda menjadi kacau. Ketika Anda berusaha dengan susah payah untuk menemukan kata-kata, mengulang kalimat, atau kehilangan ide, rasa malu dan rasa kehilangan kendali bisa muncul dengan sangat mudah.
Gejala fisik berupa sikap gugup, meskipun hanya sesaat, bisa memengaruhi seorang pembicara ulung sekalipun; orang-orang yang biasanya mampu bicara dengan teratur, bisa saja tiba-tiba diserang lupa ingatan. Tetapi seorang pembicara yang ulung dan berpengalaman biasanya tahu, bagaimana mengendalikan kontrol, mengatasi rasa gugup, dan menutupi fakta, bahwa ingatannya, meskipun sekejab, pernah hilang. Progam pelatihan yang saya kembangkan, dirancang khusus untuk membantu Anda melakukan hal tersebut.
Menumbuhkan Percaya Diri
            Percaya diri tidak muncul begitu saja. Untuk itu, harus ditumbuhkan, kemudian dipupuk terus-menerus. Adapun cara menumbuhkan percaya diri, antara lain dengan menerima apa adanya, melatih diri, berpikir positif, dan tidak ketinggalan memperhatikan penampilan diri.
1.    Menerima diri Sendiri Apa Adanya
Banyak orang enggan menerima diri sendiri apa adanya, terutama kelemahan-kelemahannya. Kebanyakan mererka terpaku dengan kekurangan yang dimiliki sehingga di dalam pergaulan justru terasa canggung dan tidak percaya diri. Sebenarnya menerima diri apa adanya membantu mendudukan diri pada proporsi yang benar. Misalnya, seorang pemimpin yang merasa malu mengakui kesalahannya sendiri sehingga tetap saja menempuh tindakan yang salah tersebut, dan akibatnya banyak anak buahnya menderita karena hal tersebut. Menerima diri apa adanya, termasuk semu kelemahan yang ada bukanlah sesuatu yang rendah sehingga aharus dihindari. Setiap manusia memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Setiap orang adalah ciptaan yang unik. Hal ini menjelaskan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dalam segala hal. Jadi, kelemahan yang ada di dalam diri tidak harus disesali karena setiap manusia memiliki kelemahan, hanya Tuhan saja yang sempurna.
Penerima diri memuat kepuasan yang penuh suka cita menjadi saya apa adanya, Jadi orang yang mau menerima diri apa adnya, termasuk orang yang berbahagia. Orang yang demikian merupakan orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencerminkan konsep diri yang positif. Padahal, orang-orang yang self-actualized, menaruh hormat kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain, serta mampu menerima kodrat dengan segala kekurangan dan kelemahannya secara tawakkal. Selain itu, mereka juga bebas dari perasaan berdosa yang berlebihan, perasaan malu yang tak beralasan, dan dari persaan cemas yang melemahkan. Jadi orang yang mau menerima diri apa adanya adalah orang yang sanggup menerima kelebihan dan kekurangan dirinya dengan lapang dada serta mengakui akan kebesaran kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap umat Ciptaan-Nya. Dengan menerima diri apa adnya, terciptalah ketenangan dan kendali diri, kendali diri pada kemampuan dan kelebihan diri. Hal ini justru memupuk keyakinan pada diri sendiri.
2.    Melatih Diri
Lakukan sesuatau jika ada kesempatan dan taklukkanlah tantangan itu sebab akan jadi pemicu rasa percaya diri. Tantangan di zaman ini adalah memiliki ketrampilan dan keahlian. Memiliki keterampilan dan keahlian yang dihargai oleh orang lain memegang peranan dalam kehidupan sehari-hari.  Agar mau tampil percaya diri, seorang harus mempunyai keterampilan dan keahlian sebab dengan ketrampilan dan keahlian tersebut, seorang harus di hargai. Padahal, penghargaan orang lain tesebut, seseorang kan dihargai.padahal, penghargaan orang lain tersebut penting guna menumbuhkan rasa percaya dalam dirinya. Jadi, demi memiliki ketrampilan dan keahlian, jangan segan-segan melatihdiri sehingga terwujudnya ketreampilan dan keahlian tadi. Dalam hal ini Ralph W.O. farrel mengajarkan untuk membangun sifat percaya pada diri sendiri, diperlukan kepercayaan, Anda harus mempunyai kemauan melakukan usaha dan menyempatkan waktu untuk mendapatkan pngalaman yang dibutuhkan untukmembiasakan diri anda.
Usaha untuk memperoleh pengalaman dan latihan dapat ditempuh melalui pendidikan formal, kursus-kursus, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Menekuni dan mengembangkan hobby hingga diperoleh suatu keahlian tertentu, misalnya terampil memasak , melukis, dan  menyanyi juga memiliki keterampilan dan keahlian akan menciptakan kreasi-kreasi menarik. Sebagai contoh Rudy Choiruddin, dia seorang yang terampil dan ahli dalam memasak. Dengan kemampuannya ini, dia mampu menghidangkan masakan yang biasa menjadi luar biasa. Selalu tampil di televisi dengan gayanya yang khas dan menarik. Kemampuan istimewa ini tentu saja tidak muncul dengan sendirinya, tetapi di latih terus menerus. Dapat disimpulkan bahwa melakukan latihan merupakan usaha untuk mendapatkan ketrampilan yang semakin baik. Jadi, melakukan latihan akan memupuk rasa percaya diri seseorang
3.    Berfikir Positif
Manusia cenderung menjadi apa yang dipikirkannya. Oleh karena itu, sangat penting untuk berfikir positif. Buah pikiran negatif sama dengan hasil negatif dan buah pikiran positif sama dengan hasil positif. Jadi dengan berfikir positif akan dihasilakan buah pikiran yang positif. Akibat dari cara berpikir yang demikian, seseorang yang berpikir positif adalah orang yang berpikir kreatif, berfikir objektif dalam setiap situasi yang dijumpainya. Hasilnya adalah kemampuan mengatasi masalah yang menimpa dirinya. Lebih lanjut DR. Norman V. Peale menandaskan bahwa salah satufaktor yang menetukan dalam mengatasi kegagalan ialah caraberpikir diamis dan positif. Dengan demikian, hasil yang di dapat oleh seseorang yang berfikiran positif, yaitu kemampuan mengatasi masalah dan kemampuan mengatasi kegagalan. Jelas sekali bahwa kemampuan ini akan meningkatkan keyakinan diri seseorang. Jadi, dengan berfikit positif seseorang dapat menumbuhkan sikap rasa percaya diri pada dirinya.
4.    Memperhatikan Penampilan
Cara berbusana dan berdandan, jenis dan warna pakaian yang dikenakan, cara berjalan adalah beberapa faktor yang mencirikan kepribadian seseorang. Penampilan sangat penting dalam pergaulan. Pepatah jawa mengatakan “ Ajiningdiri ono ing ati, ajining sariro ono ing busono “ , maksudnya adalah harga diri seseorang terletak pada kata-kata yng dikeluarkan, sedangkan letak keberhagaan tubuh ada ppada busanya. Hal ini mengisyaratkan pentingnya orang memperhatikan apa yang dibicarakannya dan juga pentingnya orang memperhatikan penampilan dirinya.
Penampilan memberikan kesan langsung kedalam pengelihatan orang lain, karena itu, faktor penampilan perlu diperhatikan agar sedapat mungkin selaras dengan tatakrama yang berlaku pada situasi yang kita hadapi. Seseorang yang berpakaian rapi kan merasa sangat nyaman saat berbicara dengan orang lain. Seiring dengan itu, kepercayaan pada diri sendiri pun tumbuh. Orang lain pun lebih senang berbicara dengan orang yang rapi dibanding dengan orang yang berpakaian semrawut. Dengan demikian, membiasakan diri berpenampilan yang rapi, serasi, dan indah dipandang mata akan menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.
Merupakan hal yang umum ketika sesorang mempercayai warna gelap sebagai otoritas atau kekuasaan., sementara warna cerah mencerminkan keceriaan dan perhatian. Sedangkan warna pastel menampilkan kelembutan dan ketenangan. Berikut ini adalah berbagai warna dan kesan yang dimilikinya dalam persepsi umum.
Biru adalah warna yang paling populer. Biru gelap melambangkan kekuasaan, kredibilitas dan pengetahuan kita. Biru cerah mewakili kedamaian dan ketenangan.
Merah adalah dinamis dan penuh semangat. Bagi orang Tionghoa, warna merah melambangkan keberuntungan dan perasaan yang hangat.
Kuning adalah warna cerah dan aktif.
Cokelat adalah warna musim gugur dan memiliki efek yang kalem.
Hitam, melambangakan kekuasaan dan otoritas.
Putih, mengesankan bersih dan murni. Namun, kadangkala putih menjadi pengganggu karena sifatnya yang relatif transparan sehingga menampilkan bayangan pakaian dalam yang kita kenakan.
T.A Lathief Rousydy (1989: 261-265) memberikan resep khusus untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri (rendah diri) atau demam panggung, yaitu:
1.      Menguatkan keimanan
Orang yang imannya telah mendarah daging dan telah mendasar dalam lubuk jiwa, tidak akan merasa takut terhadap siapapun juga, karena satu-satunya yang ditakutinya hanya Allah SWT. Hanya Allah Yang Maha Besar, Yang Maha Berkuasa, yang Maha Mengetahu. Sedangkan manuasia, apapun pangkatnya, betapapun tinggi dan dalam ilmu pengetahuannya, betapapun banyak hartanya adalah makhluk kecil. Yang perlu ditakuti dan yang perlu berhak dibesarkan hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Seorang pembicara apabila berdiri di mimbar menghadapi pendengar, haruslah meyakinkan dirinya, bahwa semua para hadirin yang dihadapinya itu adalah manusia-manusia yang sedang ingin mendengarkan uraian-uraian yang akan disampaikannya. Anggaplah mereka sebagai murid-murid yang sedang mengikuti pelajaran atau kuliah yang diberikan oleh seorang guru atau dosen dengan tidak meninggalkan etika retorika.
2.      Meningkatkan Akhlak
Orang yang memiliki akhlak yang utama, moral yang tinggi, karakter yang mulia secara otomatis akan memancar dan memantul keberanian dari dalam hatinya untuk menyatakan kebenaran dan menyampaikan ide yang baik. Ia tidak akan segan dan gentar berhadapan dengan siapapun juga. Sebab itu orang-orang yang masih memiliki penyakit batin dan kekurangan-kekurangan akhlak dalam dirinya tidak akan berhasil menjadi pembicara yang ulung. Bagaimana ia memberikan penerangan manakala dirinya sendiri belum dapat diteranginya dan diberi petunjuk. Seorang ahli Tasawuf terkenal, Imam Al Ghazali pernah mengatakan , “Jadilah minyak wangi. Orang lain mendapat wangi-wangianmu, dan dirimu juga wangi. Jadilah matahari. Orang lain mendapatkan cahayamu, dirimu sendiri juga terang benderang. Janganlah menjadi jarum penjahit. Semua pakaian orang dijahitnya, tetapi dirinya sendiri telanjang bulat sepanjang massa.
3.      Auto-sugestie
Dalam psikologi, ada satu teori yang baik untuk menghilangkan rasa takut dan rasa rendah diri (inferiority complex), yaitu, “auto-sugestie.” Maksudnya, sugestie yang timbul dari dalam diri membisikkan terus menerus, bahwa kita harus dapat, harus sanggup, harus mampu melaksanakannya. Kalau si A sanggup dan bisa, saya juga sama dengan si A, mesti sanggup dan bisa.
4.      Paratheid.
Yang dimaksud dengan paratheid disini adalah kesiap-siagaan dan persiapan yang matang untuk berbicara di hadapan umum. Kesiap-siagaan itu, persiapan yang matang dan sempurna menyebabkan ia memiliki kekuatan batin dan ketetapan jiwa setiap waktu untuk berdiri di hadapan khalayak guna menyampaikan ide, pendapan, sikap, dan lain-lain yang berfaidah bagi masyarakat.
5.      Anggaplah audien sebagai manusia biasa.
Dalam satu kesempatan, dimana anda diminta berbicara di depan umum, mungkin ada orang-orang besar, orang-orang penting (Very Important Person), orang-orang terhormat (Veri Importan Citizen), alim-ulama, para sarjana, para tokoh masyarakat yang mengikuti uraian anda. Anggaplah semua orang yang hadir itu manusia seperti anda. Ketika Anda berdiri di mimbar dan segenap sorot mata dan seluruh perhatian audiens tertuju kapada Anda, maka yakinlah dalam hati, bahwa para hadirin itu seluruhnya sengaja datang untuk memperoleh butir-butir kata mutiara dan uraian-uraian bermutu yang akan Anda hidangkan kepada mereka.
            Dengan mencoba untuk berbicara setidaknya satu kali dalam setiap diskusi kelompok, anda akan menjadi pembicara yang lebih baik, lebih percaya diri mengutarakan pikiran anda, dan dikenal sebagai seorang pembicara hebat oleh rekan-rekan anda.

Sumber :
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Pidato, Surabaya, 2015.
Dewi, Utami. Fitriana, Publick Speaking, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2014.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

3 Responses to "Menumbuhkan Percaya Diri"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel